Sabtu, 15 Agustus 2009

Naskah AKU & RUMAH


JUDUL : AKU DAN RUMAH
KARYA : Akilbudi Patriawan
SETTING : Sebuah Rumah


ADEGAN 1

Keadaan rumah sepi, terlihat Bapak bermesraan bersama selingkuhannya di kursi ruang tamu. Yudi masuk kerumah sehabis sekolah.

Yudi : (Melewati Bapak dan selingkuhan Bapaknya sambil melihat)
Bapak : Darimana kamu pulang sampai jam segini?
Yudi : (Acuh) …
Bapak : (Marah) Hey, Kamu dengar tidak!?
Yudi : (Acuh – Langsung masuk kedalam kamar)
Bapak : (Menggeleng kepala – Marah) Dasar anak kurang ajar. Mirip dengan Ibunya, kerjanya hanya diam dan berjudi. Dasar tidak tahu di untung.
Sari : Sudahlah Mas, jangan di pikirkan. Sebaiknya kita keluar saja mencari angin segar sekaligus bersenang-senang.
Bapak : Tapi aku ingin bersenang-senang di sini saja sayang…
Sari : Ayolah, tidak enak dilihat istrimu disini nanti.
Bapak : Sayang, kamu kan juga calon istri ku.
Sari : Tidak mungkin kau mau menjadikan ku istri.
Bapak : Kamu tidak percaya?
Sari : Apa jaminannya?
Bapak : Kamu maunya apa?
Sari : Seberapa kamu mampu?
Bapak : Tidak ada batasan. Yang penting kamu mau menjadi istri ku.
Sari : Baiklah.
Bapak : Nah, bilang saja.
Sari : Hmmm… Rumah dan mobil mewah.
Bapak : Rumah dan mobil mewah?
Sari : Kenapa, Tidak mampu?
Bapak : Bukan, bukanya begitu…
Sari : (Menggeleng kepala) Ya sudah… mari kita keluar mencari angin segar.
Bapak : Tapi kalau belinya kredit mau kan?
Sari : (Menarik) Ayo, mari kita keluar mencari angin segar.
Bapak : Baiklah…

Bapak dan selingkuhannya pergi meninggalkan rumah.

ADEGAN 2

Ibu datang bersama teman-temannya – ribut, langsung menuju kursi ruang tamu.

Jeng Ulin : Oh iya Jeng Nia. saya dengar katanya suami kamu sudah pulang?
Jeng Nia : Iya memangnya kenapa?
Jeng UIin : Apa tidak di marahin main kartu sama kita-kita
Jeng Nia : (Tertawa) Tidak. Jatahnya kan sudah ada nanti malam
Jeng Heni : (Tertawa) Ohya! Enak dong main kartu sama suami. Pilih kartu apa, kartu As atau kartu Joker? (Tertawa)
Jeng Ulin : Duh, yang suami pilot…
Mama : Sudah, sudah. Apa belum puas ngobrol di tempat karaoke tadi? Mau di mulai tidak.
Jeng Heni : Iya-iya… buru-buru amat.
Jeng Ulin : Tidak mau kalah lagi barangkali
Jeng Nia : Atau mungkin mau ngumpulin uang untuk main sama brondong di tempat karaoke tadi? (Tertawa)
Jeng Ulin : Ooh… Pantesan tiba-tiba jadi bergairah main kartunya (Tertawa)
Jeng Heni : Suiit, suiit…! Duh, yang kembali muda… (Tertawa)
Mama : Kalian ini selalu mengejek. Sejak SMA tahu tidak?
(PAUSE)
Sudah, apa mau di mulai? Eke bagikan kartunya ya…
(Membagikan kartu)
(Berteriak memanggil) Jenap…!!! Buatkan minuman untuk tamu-tamu saya.
Jenap : (Dari dapur – Berteriak) Iya Nyonya…!!!

Yudipun keluar dari kamar menggunakan pakaian rapi untuk pergi jalan

Yudi : (Nyelonong melewati geng Mamanya) …
Mama : Yudi, mau kemana kamu?
Yudi : (Berhenti berjalan) Mama jangan menghiraukan dan memikirkanku
Mama : (Berdiri) Kenapa kamu bicara seperti itu Yudi?
Yudi : Iya, didepan teman-teman Mama saja Mama selalu peduli sama aku.
Mama : Kau… (Terpotong)
Yudi : Sebaiknya Mama memikirkan urusan Mama saja.
Aku pergi dulu.
Mama : (Memanggil) Yudi, Yudi!!! Kurang ajar…
Jeng Heni : Sudah Jeng jangan di fikirkan.
Jeng Ulin : Anak-anak jaman sekarang memang seperti itu. Selalu berontak.
Jeng Nia : Iya, sebaiknya kita stop saja dan Jeng istirahat dulu
Mama : Tidak, Eke tidak apa-apa.
Jeng Ulin : Jangan di teruskan. Kalau di teruskan nanti jeng kalah main kartu.
Jeng Heni : Sebaiknya kita-kita pulang dulu. Lagi pula ada urusan menyemai perut sama suami.
Jeng Nia : Jeng Istirahat ya? Kami pulang dulu

Mereka mengemaskan barang-barang dan langsung pulang meninggalkan rumah
Tidak lama kemudian datang Jenap membawa minuman pesanan Nyonya Yudi

Jenap : (Kaget) Duuh… kemana para tamu-tamunya Nyonya?
Mama : Sudah pulang.
Jenap : Walah… minumannya sudah di buatkan malah pergi pulang.
Mama : Kamu kelamaan.
Jenap : Lalu gimana dengan minumannya? Kan mubazir.
(Langsung pergi)
Mama : Apa?
Jenap : (Berhenti berjalan) Oh tidak Nyonya.
Mama : Kamu bicara apa tadi?
Jenap : Tidak Nyonya
Mama : Kesini kamu
Jenap : (Menuju ke Mama Yudi)
Mama : Duduk
Jenap : (Duduk)
Mama : Kamu bicara apa tadi?
Jenap : Tidak.
Mama : Jawab!
Jenap : Anu,anu… saya bicara minumannya sudah di buatkan tapi Nyonya-nyonya malah pergi pulang, kan Mubazir…
Mama : Sekarang minum.
Jenap : (Bingung) …
Mama : Ayo minum
Jenap : Saya yang meminumnya Nyonya?
Mama : Iya minum.
Jenap : Semua Nyonya?
Mama : Iya.
Jenap : Tapi Nyonya…
Mama : Ayo minum
Jenap : Tapi…
Mama : (Berteriak – Marah) Ayo cepat minum semua…!!!
Jenap : Baik Nyonya (Bergegas meminum semua minuman)

BACK OUT

ADEGAN 3

Keadaan rumah sepi terlihat Yudi dan Joice datang dengan suasana canda dan ria.

Yudi : Mari Joice masuk jangan sungkan-sungkan.
Joice : Iya Yudi.
Yudi : Ayo duduk (Menarik tangan Joice menuju kursi)
Joice : (Tersenyum) …
(Duduk – Terdiam sejenak – Memandang keadaan rumah)
Rumah kamu asri ya?
Yudi : (Diam)
Iya, tetapi tidak seasri keadaan keluarga ku.
Joice : Maksud kamu?
Yudi : Sudahlah jangan di fikirkan.
Joice : (Bingung)
Yudi… katanya mau membicarakan sesuatu ke aku
Yudi : (Tersenyum) Nanti saja.
Joice : Akhir-akhir ini kamu kok aneh banget sama aku? Dan pada hari ini kamu mengajak aku ke rumah kamu untuk membicarakan sesuatu. Padahal di sekolahkan juga bisa.
Yudi : (Tersenyum – Cengar-cengir) Yang pasti berbeda sesuananya.
Kalau kita bertemu di sekolah, pasti kita membicarkan soal pelajaran dan teman-teman kita.
Kalau kita bertemu di luar, pasti kita membicarakan soal hiburan seperti film, musik, gaya dan membahas topic-topik majalah remaja.
Tapi, kalau di tempat seperti ini atau di restaurant, tidak lain pasti membicarakan soal diri pribadi, diri kamu, mengurah otak, bermain hati…
Joice : Maksud kamu apa sih Yudi? Aku tidak mengerti sama sekali apa yang kamu bicarakan saat ini.
Cobalah untuk menggunakan kata-kata standar saja, jangan mengunakan kata-kata perumpamaan atau sastra.
Yudi : Kamu tidak menyukainya?
Joice : Bukannya aku tidak menyukainya, tapi aku tidak mengerti.
Yudi : Apa bedanya…?
Joice : Maksud kamu?
Yudi : Apa perbedaan tidak menyukai dengan tidak di mengerti?
Joice : Ya jelas beda Yudi…
Yudi : Beda apanya?
Joice : Beda Yudi…
Jangan membahas soal seperti di sokalah dong Yudi
Yudi : Apa bedanya beda dengan perbedaan, Joice…?
Joice : Beda dengan perbedaan…
Maksud kamu?
(Pusing) Jangan membuat aku jadi pusing dong Yudi
Yudi : Apa bedanya aku dan kamu?
Apa bedanya teman dan keluarga?
Apa bedanya teman dan pacar?
Joice : (Pusing sekali)
Sudah deh… kalau kamu bertanya-tanya terus seperti itu sebaiknya aku pulang.
(Berdiri)
Yudi : (Memegang tangan Joice) Hanya bercanda Joice… Ayo duduk lagi.
Joice : (Kembali duduk) Kenapa sih kamu selalu suka ngerjain dan membuat aku bingung?
Yudi : Mau tahu kenapa?
Joice : (Diam) …
Yudi : Kamu makin tambah manis kalau terlihat bingung dan marah.
Joice : Dasar…!
Yudi : Tuh kan!
Joice : Sudah deh, jangan bercanda terus.
Yudi : Aku tidak bercanda, tapi serius.
Joice : Gombal! (Mencubit perut Yudi)
Yudi : Mau main cubit-cubitan?

Mereka bercanda ria bagaikan sepasang angsa putih bergairah akan air dan pasangannya.
Terdiam Sejenak. Mereka saling berpegangan dan saling bersitatap.

Yudi : Kecerian kamu membuat kamu semakin tampak cantik Joice.
Joice : (Terdiam – Tersipu malu) …
Sudahlah Yudi… (Memalingkan muka)
Yudi : (Memegang wajah Joice dan mengarahkan ke hadapannya)
Joice, lihat mata ku…
Apa aku pernah bohong sama kamu?
Joice : (Menggeleng)
Yudi : Joice… ada sesuatu yang mau aku bicarakan.
Joice : Apa?
Yudi : Aku, aku…
Joice : (Diam)
Yudi : Maaf, aku tidak bisa mengatakannya sekarang.
Joice : Kenapa?
Tentang apa?
Yudi : Aku benar-benar tidak bisa mengatakannya. (Berpaling)
Joice : Kamu tidak bisa mengatakan hal itu di hadapan ku?
(Memegang wajah Yudi dan mengarahkan ke hadapannya)
Lihat aku Yudi. Aku teman baik mu…
Kenapa kamu tidak bisa mengatakannya?
Yudi : Itu masalahnya…
Siapa yang bisa mengatakan hal ini di hadapan wanita yang hanya menganggap diriku sekedar teman?
Ini berat sekali…
Joice : Aku tidak mengerti apa yang kamu katakan Yudi.
Apa arti hanya sekedar teman dari perkataan mu tadi?
Belum cukupkah kita berperan sebagai teman?
Yudi : Hal ini membuat ku berat dan pusing. Sebaiknya aku mengambilkan mu segelas minuman segar, kamu pasti haus kan?
(Pergi meninggalkan Joice untuk mengambil minuman)
Joice : (Diam)

Tidak lama kemudian datang Bapak dengan keadaan sempoyongan.

Bapak : Aku pulang…! (Langsung melihat ke arah Joice)
Ooh… Ada tamu rupanya. (Menuju Ke Joice)
Joice : (Tersenyum)
Bapak : (Duduk) Kamu temannya Yudi?
Joice : Iya Om.
Bapak : Nama kamu siapa? (Mendekati Joice)
Joice : (Menjauh) Joice Om…
Bapak : Oh, nama yang cantik sekali sama seperti paras wajah mu (Semakin mendekat)
Joice : (Menjauh lagi) Makasih Om…
Bapak : (Melihat suasana rumah – Tangannya merangkul ke atas kursi)
Kamu pacarnya Yudi ya?
Joice : Ah Om ada-ada saja, saya cuman temannya.
Bapak : (Merapat) Oh cuman teman…
Joice : Iya Om…
Bapak : Jangan memanggil saya Om dong… panggil saja Mas, Mas Joe!
Joice : (Risih) I’ ii… Iya Om.
Bapak : Walah, kok Om lagi sih!
Joice : I’iii… Iya Mas.
Bapak : Naah… begitu!
Kamu sudah punya pacar? (Makin merapat)

Yudi pun langsung datang membawa minuman. Kaget. Minumannya terjatuh.
Bapak dan Joice tersadar kaget.
Joice sedih dan langsung pergi meninggalkan mereka.

Yudi : (Berteriak memanggil) Joice, joice…!!!
(Mengejar)
Bapak : (Salah tingkah) …
Yudi : (Berteriak) Sial…!!!
(Menuju kearah Bapaknya) Bapak apakan Joice?
Bapak : (Menyela) Tidak, Bapak hanya… (Terpotong)
Yudi : Bapak belum puas menghianati Mama dengan perempuan simpanan yang sialan tadi pagi?
Bapak : (Reflect – Menampar Yudi) Jaga mulutmu!
Yudi : (Tersenyum) Kenapa harus aku dan Joice…
Kenapa aku tidak bisa berbuat apa-apa tentang hal ini?
Aku sangat mencinta dia.
Aku tahu dengan keadaan rumah ini, kenapa aku harus membawanya kemari? Apa salahnya? Dan apa salahku?
Aku sangat malu sekali…
Aku malu dengan rumah ini.
Aku malu dengan keluarga ini.
Aku malu dengan diriku.
(Menangis) Kenapa, kenapa…?
Kenapa keinginan hati dan batinku tidak bisa terpenuhi.
Kenapa semua ini tidak dapat aku pecahkan, bahkan untuk menghindarnya aku pun tak bisa…?
Kenapa aku harus menangis?
Kenapa aku harus tinggal di sini, di tempat ini?
Untuk apa aku harus hidup…
Aku tidak bisa berbuat apa-apa.
Kenapa, kenapa…?
(Marah) Kenapa Bapak tega melakukan semua ini kepada ku?!
Bapak : Jangan kau bisanya hanya memutar-mutar kata. Aku tidak akan sedih dan meminta maaf kepadamu.
Itu semua sudah takdir. Kamu tidak bisa mengubahnya.
Sudahlah, kamu tidak usah memikirkannya. Kamu pasti akan mendapatkan wanita yang lebih cantik dari dia. Sekarang apa yang kamu mau? Uang? Aku akan memberikannya.
Yudi : Makan saja uang haram itu untukmu, aku tidak membutuhkannya.
(PAUSE)
Yang ku butuhkan hanyalah kesenangan yang halal lahir dan batin.
Bapak : Aku juga membutuhkan kesenangan. Sudahlah Yudi, aku capek. Aku mau berendam di pemandian air panas. Mau ikut?
Yudi : (Diam) …
Bapak : (Tersenyum – Langsung pergi meninggalkan rumah)
Yudi : Sial!
(Mengambil handphone untuk menghubungi Joice)
Ayo angkat Joice, angkat, angkat telphonenya…
Kumohon tolong di angkat. (Terputus)
(Mencoba untuk menghubungi lagi) Angkat Joice!
(Marah) Angkat!
Aku mencintaimu Joice…
Aku, aku, aku cinta sama kamu Joice.
(Melemparkan handphonenya lalu Berteriak keras).
Aku harus menyusulnya! (Keluar)

BACK OUT

ADEGAN 4

Suasana rumah hening. Namun dalam keheninang itu berubah drastis dengan kedatangan Mama.

Mama : (Langsung menuju ke kursi rumah dengan keadaan lelah) …
(Berteriak memanggil) Jenap…!!!
Jenap : (Menyahut) Iya Nyonya…!!!
Mama : Cepat kemari.
Jenap : Ada apa Nyonya?
Mama : Siapkan makanan yang sangat spesial untuk nanti malam
Jenap : Tapi stock makanan spesialnya sudah habis Nyonya. Tinggal makanan yang biasa saja.
Mama : Memangnya stock belanja makanan minggu kemarin sudah habis?
Jenap : Iya Nyonya…
Mama : Ya sudah kamu belanja saja. (Mengeluarkan uang) Neeh…
Jenap : Tapi Nyonya, apa uangnya tidak terlalu banyak?
Mama : Spesial…!
Jenap : Baik Nyonya. Ngomong-ngomong semua makanan ini untuk siapa Nyonya?
Mama : Tamu terhormat saya akan datang nanti malam. Jadi, jangan mempermalukan saya.
Jenap : Baik Nyonya. (Langsung meninggalkan Mama)
Mama : (Duduk sambil memainkan handphonenya)

Tidak lama kemudia Yudi datang dari kamarnya dan langsung duduk.

Yudi : (Diam) …
Mama : Ada apa kamu Yudi, Uang jajan kamu sudah habis?
Yudi : (Menggeleng diam)
Mama : Apa kamu mau meminta handphone baru?
Yudi : (Diam)
Mama : Laptop keluaran baru?
Yudi : (Diam)
Mama : Motor baru?
Yudi : (Diam)
Mama : Oh mama tahu, pasti kamu mau memintabelikan mobil kepada mama. Iya kan?
Yudi : Sudahlah Ma… aku tidak butuh semua itu.
Mama : Lalu apa?
Yudi : Ini soal Papa…
Mama : Ada apa dengan Papa kamu, Main perempuan lagi?
Yudi : Tapi ini beda.
Mama : Beda apanya, lebih cantik dari Mama?
Yudi : Bukan. Tapi kali ini pacar Yudi sendiri yang direbut Papa.
Mama : (Kaget) Apa?! Kamu sudah punya pacar?
Yudi : Iya, Tapi…
Mama : Yudi. Mulai detik ini kamu harus segera menjauhi pacar kamu.
Yudi : Kenapa…?
Mama : Mama sudah punya calon untuk kamu. Nanti malam keluarganya akan datang kemari untuk makan malam bersama kita. Jadi, kamu harus bersiap.
Yudi : Kenapa ini mendadak sekali?
Kenapa hal ini terjadi ketika aku sangat mencintai Joice?
Kenapa peraduanku selalu tak pernah di kabulkan sedangkan semua inginan nafsu ku selalu terpenuhi?
Mama : Ini sangat berbeda sekali Yudi. Ini semua menyangkut nilai martabat dan balas budi keluarga besar kita.
Yudi : Tetapi Mama tidak memikirkan dari segi nilai estetika dan harga diri keluarga besar kita.
Mama : Tutup mulutmu! Itu semua tidak penting.
Jangan bisanya hanya membantah dan berontak. Sekali-kali turuti semua keinginan mama. Toh semua keiinginanmu mama selalu penuhi.
Yudi : (Terdiam geram) …
Mama : Sudah. Persiapkan diri kamu, jangan membuat Mama malu.
(Langsung pergi menuju kekamar meninggalkan Yudi)
Yudi : (Tediam gelisah – Pusing – Marah).
PAUSE.
(Respone – Langsung menuju ke pintu kamar Mamanya kemudian mengetuk sambil memanggil) Mama, Mama…
Mama : (Keluar) Ada apa lagi Yudi…
Yudi : Aku mau menuruti semua keinginan Mama. Tapi Mama juga harus menuruti satu keinginan Yudi.
Mama : Oh tentu, apa itu?
Yudi : Mama harus bercerai sama Papa.
Mama : Ke, Ke’…kenapa?
Yudi : Mama masih mencintainya?
Mama : Tapi…
Yudi : Kalau Mama tidak mau menuruti keinginan Yudi, Yudipun tidak akan mau menuruti keinginan Mama.
Lagipula Papa bukan Papa Yudi yang sebenarnya…
Mama : Darimana kamu mengetahuinya Yudi?
Yudi : Sejak Sebelas tahun yang lalu…
Mama : Kau masih mengingatnya
Yudi : Mama fikir Yudi tidak bisa ingat, dan Mama menganggap Yudi hanya sekedar anak ingusan ketika Yudi berusia enam tahun.
Itu salah besar. Ketika Yudi mimpi buruk, itulah yang Yudi mimpikan. Yudi masih mengingat semuanya…
(PAUSE)
Yudi sering berziarah ke kuburan Ayah… (terpotong)
Mama : Sudah cukup!
(Menangis) Baiklah, Mama akan bercerai dengan Joe.

Tiba-tiba Bapak datang.

Bapak : Apa! Apa aku tidak salah dengar?
Kamu mau menceraikan ku? (menuju ke mereka).
Mama : (Kaget)
Yudi : (Kaget)
Mama : Ah! Kamu hanya salah dengar…
Sudahlah… sebentar lagi keluarga Herlin akan datang. Mari kita bersiap.
Bapak : (Bingung) Salah dengar? Mungkin aku terlalu lelah.
Mama : Mari Pak, Mama sudah siapkan air panas untuk Bapak.
Bapak : Baiklah… (Menuju Kekamar)
Mama : (Menuju kekamar juga)
Yudi : Mama…
Ma & Ba : (Masuk)
Yudi : (Marah – Geram)
Jenap : (Datang membawa belanjaan – Menuju ke Yudi)
Kenapa Den, berdiri di sini sendirian? (Refleks) Kenapa Den Yudi menangis?
Yudi : (Menangis – Berteriak marah) Diam…!!!
Jenap : (Kaget – Langsung meninggalkan Yudi)
Yudi : (Gila) Ini semua tidak boleh jadi. Aku ingin bebas, bebas seperti layaknya remaja yang lain.
Aku harus menggagalkan perjodohanku dengan wanita yang tidak aku cintai. Dan aku harus membalas dendam atas nama Ayah…
Mungkin dengan cara lembut tidak akan terselesaikan, tapi dengan cara keras semuanya pasti akan beres. Aku yakin itu. (Keluar)


BACK OUT

ADEGAN 5

Keadaan rumah ramai atas kedatangan keluarga Herlin. Merekapun berbicara mengenai perusahaan dan perjodohan.

Bapak : Ohya! Bagaimana dengan perkembangan perusahaan penebangan kayu Bapak di Ketapang, Katanya ada isu-isu yang tidak sedap?
Bapak Herlin : Semuanya dapat berjalan lancar-lancar saja. Memang ada beberapa sektor yang bermasalah oleh pihak berwajib, tapi pasti saya bersama bawahan saya dapat menyelesaikannya. Lagipula, saya ada orang dalam, dan pemerintah didaerah sana dapat bersilaturahmi.
Bapak : Syukurlah. Bapak memang hebat, Bapak bias-bisanya memikirkan sampai sejauh itu.
Bapak Herlin : Itu bukanlah perihal yang sangat di pikirkan sampai memeras otak.
(Tertawa)
Bapak : (Tertawa)
Mama : Sudah, jangan membicarakan soal bisnis terus. Mari kita membicarakan tentang inti pokok masalah kemarin. Yang pastinya Herlin juga tidak sabar untuk melihat calon suaminya, iyakan Herlin?
Herlin : (Malu-malu) Ah Tante ada-ada saja…
Semua : (Tertawa)
Mama : (Memanggil) Jenap!
Jenap : Iya Nyonya…?
Mama : Tolong kamu panggilkan Yudi untuk datang kemari.
Jenap : Baik Nyonya… (Pergi melaksanakan tugas)
Mama : Oh iya Bu’, Bagimana soal perhiasan di pameran di hotel Ruby kemarin, jadi Ibu membelinya?
Mama Herlin : Tidak jadi.
Mama : Kenapa tidak jadi, Bukankah Ibu sangat menyukainya?
Mama Herlin : Terlalu mahal untuk seukuran batu sapphire seperti itu. Mendingan nanti saja, ketika saya dan keluarga pergi ke Perancis.
Mama : Ooh… punya rencana untuk pergi ke sana?
Mama Herlin : Iya…
Jenap : (Datang) Maaf Nyonya, Den Yudi tidak ada di kamarnya.
Mama : Apa? Coba kamu telphone ke nomor hp nya.
Jenap : Baik Nyonya… (Pergi)
Bapak Herlin : Ada apa?
Mama : Oh… Tidak ada masalah.
Bapak : (Berbisik) Ada apa Ma?
Mama : Yudi tidak ada di kamarnya.
Bapak : Kalau begitu cepat kamu selesaikan masalah ini.
Mama : Iya.
(Kepada keluarga Herlin)
Maaf, saya kedalam sebentar untuk mengurus sesuatu.
Keluarga Herlin : Oh iya silahkan
Mama : (Pergi kedalam)
Bapak : Ohya, Bagaimana mengenai… (Terpotong atas kedatangan Yudi dan Joice)
Yu’, Yudi…?
Yudi : (Tersenyum) Halo semuanya!
Mama : (Datang) Nah itu Yudi (Ketika melihat Joice langsung terdiam) Bersama siapa kamu Yudi?
Yudi : Ini adalah kesempatan baik untuk memperkenalkan pacar aku kesemua yang ada di sini.
Mama : Kau…
Yudi : Perkenalkan, ini adalah pacarku. Joice namanya…
Joice : Selamat malam, apa kabar?
Bapak Herlin : (Marah) Ini yang sebut balas budi?
Bapak : Bu’bukan…
Bapak Herlin : Maaf, kalau begitu kami pergi pulang dulu. Mari Bu…
Mama Herlin : Baik Pak. Ayo Herlin, mari kita pulang?
Herlin : Tapi Ma?
Mama Herlin : Ayo…! (Menarik tangannya)
Bapak : Tunggu, ini adalah kesalahpahaman.

Keluarga Herlin keluar meninggalkan rumah.

Jenap : (Mengintip dari kejauhan)
Yudi : (Tersenyum)
Joice : (Menunduk takut)
Mama : Apa yang kamu lakukan Yudi? Kamu merusak tali silaturahmi!
Yudi : Yang Yudi lakukan sesuai dengan kesepakatan kita.
Bapak : Kesepakatan apa?!
(Memukul Yudi hingga terjatuh)
Gara-gara wanita ini kamu tidak mau kami jodohkan? (Mencekik Joice) Dasar wanita kampung tidak berguna, merusak rumah tangga orang (Menolak Joice)
Yudi : (Teriak) Joice…!
Mama : (Menangis)
Bapak : Kamu tidak mau wanita yang kamu cintai di lukai?
(Membentak) Jawab!
Yudi : Jangan sakiti Joice…
Bapak : Karena kamu telah menyakiti hati Bapak. Sekarang Bapak akan menyakiti hati kamu dengan cara menghajar pacar kamu secara abis-abisan.
Yudi : Jangan
Bapak : (Menyeret Joice kedalam)
Yudi : (Berdiri – Langsung mengejar mereka kedalam)

Terdengan suara teriak Joice dan perkelahian antara Bapak dan Yudi.

Mama : (Menangis – Memegang Dada – Sesak – Jantunangan – Terjatuh)
Jenap : (Bergegas menuju ke Mama) Astaghfirullah… Kenapa Nyonya?
(Bingung) Nyonya… Nyonya bangun… Jangan-jangan?
(Pergi menuju perkelahian Bapak dan Yudi) Tuan, Nyonya jantungan!
Bapak : Apa?
(Pergi menuju Mama)
Yudi : (Pergi menuju Mama)
Bapak : Ini semua gara-gara kamu!
Yudi : (Terdiam kaget – Menagis lalu Tertawa) Heh! Kenapa mesti kau peduli kepada Mama ku? Itu sudah takdir… Bukankah kau tidak mencintainya, kau lebih mencintai perempuan lain. Iya kan?!
Bapak : (Teriak) Cepat telphone rumah sakit?!
Jenap : Baik Tuan…
Yudi : (Mendekati Jenap) Tidak usah menurutinya. Dia bukan siapa-siapa di rumah ini. Lagi pula aku sudah tidak peduli Mamaku.
(Mengambil pisau dari celana bagian belakangnya kemudian mengiriskan ketelinga Bapaknya)
Bapak : (Teriak) Kau gila Yudi!
Yudi : (Marah) Buat apa peduli dengan kalian…! Kalian juga tidak peduli dengan Ayahku.
Kalian telah membunuhnya di depan mata kepala ku sendiri dengan gilanya. Kalian tertawa… dan aku hanya terdiam duduk
Bapak : Kau mengetahuinya? Dan kau masih mengingatnya?
Yudi : Untuk apa di lupakan!!! Aku menunggu waktu yang tepat untuk membalasnya.
Bapak : Kau Gila…
Yudi : (Tertawa) Kau juga gila ketika membunuh Ayah ku.
Pertama, giliran jongos, penjilat yang patuhdan tunduk kepada tuan dan nyonyanya (Menghampiri Jenap)
Jenap : (Takut) Jangan Den…
Joice : (Menangis – Dari kejauhan) Jangan Yudi…
Yudi : (Acuh) Tenang, tunjukan lehermu kepadaku (Langsung membunuh Jenap)
Bapak : KAU GILA!!!
Yudi : Aku memang sudah gila, itu karena kau! Kau yang membuatku gila. Karena kau yang membuatku gila, maka sekarang aku akan menghabisimu laknat. (Menuju ke Bapak) Ayah akan menyukai perbuatan ku ini. Ayah akan tersenyum kepadaku. Ayah akan menyaksikan perbuatanku ini.
Bapak : Kau, kau…
Yudi : Kenapa? Kau juga ikut gila? (Tertawa) Coba kau lihat di atas mu? Malaikat yang kejam sudah menunggumu menuju ke neraka.
Joice : Jangan Yudi…
Yudi : (Marah) Diam!!!
(Menghampiri Joice) Apakah kamu mau melakukannya? Tapi tidak usah, aku saja yang melakukannya. Ayahku pasti tidak senang jika kamu melakukannya.
Joice : Kenapa kamu melakukan semua ini Yudi?
Yudi : Ini semua karena cinta kita Joice…
Joice : Tapi tidak dengan cara seperti ini…
Yudi : Aku sangat mencintai kamu Joice. Aku tidak mau menuruti semua keinginan orangtua ku. Kamu mencintaiku kan?
Joice : (Mengangguk)
Yudi : Justru itu aku harus melakukan ini.
Bapak : (Dengan cara tiba-tiba langsung saja Bapak memukul tubuh belakang Yudi dengan barang keras).
Huh! Hampir saja aku mati. Sialan…!
(Tertawa) Apakah kau mau menjadi istri ku? (Menghampiri Joice)
Joice : (Takut) Jangan…
Bapak : Ayo bercinta dengan ku…
Joice : Jangan…
(Melihat pisau di tangan Yudi dan mengambilnya lalu menusukkan ke arah perut Bapak)
Bapak : Ka’, kau… (Terjatuh mati)
Joice : (Melihat tangannya sambil menangis)
Yudi : (Sadar) Joice… kenapa menangis?
Joice : (Memeluk Yudi – Menangis) Aku membunuhnya…
Yudi : (Melihat kearah Bapak lalu tersenyum)
Ayahku juga pasti tersenyum melihat wanita yang aku cintai sudah membalaskan dendamnya…
Joice : (Menangis)
Yudi : Sudahlah… tidak ada yang perlu di sesali. Yang terpenting kita bias bersama dan tidak ada yang mengganggu hubungan cinta kita. Ayo duduk… (Menuntun Joice ke bangku)

PAUSE

Joice : Kamu masih mencintaiku kan walau aku pembunuh?
Yudi : (Tertawa) Bukankan kita sama-sama pembunuh. Pembunuh kan juga propesi.
Joice : Apa itu propesi?
Yudi : Joice… kamu tidak berubah ya? Propesi itu pekerjaan…
Joice : Berarti kita sudah ada pekerjaan dong…
Yudi : Pekerjaan kita belum selesai kalau mau jadi pembunuh.
Joice : Apa lagi?
Yudi : Menguburkan secara diam-diam…

BACK OUT
TAMAT
TUTUP LAYAR

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Buka Mata di Dunia Multimedia